Title : Help Me!!!
Author: Alifah Diantebes Aindra a.k.a Choi Ha Neul
Main Cast: Lee Insa, Choi Minho dan Lee Jinki
Support Cast : Oh Rin He, Park So Hi, Min Eun ri, Kim Kibum(Key)
Length : Oneshot
Genre : Family, Friendship, Romance, sad
Ahai!!! Kali ini aku muncul dengan fanfiction Oneshot dan mencoba diriku menjadi sudut pandang orang ketiga!! Hahaha... oke dah cekidot...!!! happy reading..
Insa berjalan menuju lokernya dengan menundukkan kepala dan sesekali menghela nafas, ia sudah dapat menebak apa yang akan terjadi setelah ini.
“Terjadi lagi...” Insa mendengus kesal namun tetap pasrah pada apa yang tertempel di pintu lokernya, rentetan permen karet yang membentuk tulisan ‘AWAS KAU’. Ia membuka perlahan pintu lokernya dan mengambil secarik kertas untuk membuang permen-permen karet dipintu itu. Lengket?? Jelas saja, bagaimana mereka bisa melakukan ini? Masak mereka menguyah permen karet sebanyak ini? Hanya pertanyaan-pertanyaan itulah yang terlintas di fikirannya.
“Lee Insa!! Mengapa kau berangkat duluan?? Bukankah aku sudah menyuruhmu menungguku?” teriak Namja yang wajahnya tak asing di benak Insa.
“Mianhae.. Jinki-Sii, aku.. ada janji dengan temanku pagi ini, jadi harus cepat berangkat.. hehehe” bohong Insa menyunggingkan senyum yang terkesan dipaksakan.
“Huh.. sudah kubilang kan jangan memanggilku seperti itu, tapi.. ya sudahlah terserah kau saja. Ada apa dengan lokermu??” tanya Jinki heran saat melihat bekas-bekas permen karet yang hampir setengahnya sudah terbuang.
“Aah..?? Ani.. ini hanya... hm.. teman-temanku hanya “ kini keringat dingin sudah membanjiri wajah insa yang terlihat kebingungan, apa yang harus ia lakukan?? Bagaimana jika Jinki mengetahui semuanya.
“Ya.. Jinki Oppa.. kau sudah datang rupanya.. kajja, kita ke kelas bersama, kita kan harus mengerjakan tugas kelompok kita.” ajak yeoja yang tak bisa dibilang biasa, karena dia sangatlah cantik dimata Insa.
“Aaah.... Ne.. ne, Insa, aku ke kelas dulu ya..” kata Jinki saat mulai berjalan meninggalkan Insa yang berdiri mematung di depan lokernya.
“Kau tau apa yang bisa kulakukan padamu kan? Kalau kau tetap mendekati Jinki ku.!!” Bisik yeoja itu sinis di telinga Insa.
“Ya.. Rin He, Kajja.. katamu kita harus mengerjakan tugas!!” teriak Jinki pada Rin He setelah Rin He membisikkan kata-kata tajamnya pada Insa.
__________________________
“Baiklah.. sampai di sini dulu pelajarannya, Annyeong Hi” kata Kim seosangnim meninggalkan kelas.
Setelah insa melihat Kim seosangnim sudah keluar dari pintu, Insa cepat-cepat membereskan buku yang berserakan di mejanya. Ku harap aku bisa pulang duluan tanpa Jinki!! Batin Insa. Setelah selesai ia lekas-lekas beranjak dari mejanya dan setengah berlari menuju pintu kelas hingga tak melihat ada orang di depannya.
“Ouuuch..” pekik Insa saat tubuhnya beradu dengan tubuh namja yang jauh lebih tinggi darinya.
“Kau tak bisa melihat ya!!! Dasar!!” kata Namja itu kesal.
“Mianhae Minho, aku terburu-buru..” Insa menundukkan badannya berkali-kali ke arah Minho sambil tetap berjalan ke arah pintu.
“Dasar!!” bisik Minho geleng-geleng pada dirinya sendiri dan menyunggingkan senyumnya.
“Ya!! Kau mau kemana?? Ayo pulang bersamaku” kata Jinki di depan pintu mengagetkan Insa yang sudah ingin berlari lagi secepatnya.
“Hmm.. Jinki-sii, aku.. harus ke rumah teman” Insa mengigiti bibir bawahnya karena gugup dan kaget saat melihat Jinki sudah berada di depan kelasnya.
“Aigoo~ pasti kau bohong!! Aku tak percaya, kau kemarin baru saja bilang seperti itu.” Kata Jinki mengingatkan Insa dan meraih tangan Insa.
“Aniyo.. aku tak berbohong” Insa melepaskan genggaman tangan Jinki dan mengerak-gerak kan telapak tangannya ke arah Jinki, yang kini mata Jinki sudah menatap tajam ke arah Insa.
“Aku tetap ti-“
“Insa, kajja kita berangkat..” kata Minho menyela perkataan Jinki yang terlihat ngotot sekali. “Maaf Hyung.. ada tugas yang harus kami selesaikan” lanjut Minho meyakinkan Jinki.
“Ha.. Baiklah.. kalau dengan Minho aku percaya kau tak berbohong, Ya sudah kalau begitu, aku pulang dulu, Annyeong Hi” kata Jinki membalikkan badannya dan mengerak-gerakkan tangannya keatas.
“Huftft.. untung saja ada kau. Gomawo Minho” kata Insa menepuk-nepuk pundak Minho yang jauh lebih tinggi darinya.
“Aiish.. kau ini!! Lain kali kau harus membayar jasaku ini!! Aratseo??” kata Minho pura-pura marah pada Insa.
“Ahh.. Ne.. ne.. aku duluan ya Minho.. Annyeong hi..” Insa segera bergegas pergi dari kelas dengan berlari, karena ia tau, walau Jinki sudah pulang terlebih dahulu masih ada bahaya yang menunggunya.
Insa memperlambat larinya saat melewati kelas 3-1, ia menolehkan kepalanya ke kiri dan kekanan memastikan bahwa hanya dia yang berada di lorong sekolah ini.
“Syukurlah.. “ Insa menghembuskan nafas lega saat melihat sungguh tak ada orang yang menunggunya di lorong itu.
“Kau mencoba untuk kabur ya!!” teriak Rin He, refleks Insa membalikkan badannya dan melihat tiga yeoja yang selalu menganggunya.
“Kemari kau!!!” bentak So Hi salah satu yeoja yang berdiri di samping kanan Rin He menarik paksa tangan Insa untuk mengikuti mereka bertiga. Insa tau pasti akan terjadi seperti ini lagi, tapi ia tak kuasa memberontak karena ia takut, semakin ia memberontak semakin besar pula siksaan yang ia dapatkan.
“Aaaw..” pekik Insa saat tubuhnya di hempaskan begitu saja hingga menabrak dinding dan terjatuh, saat kini mereka ber empat berada di pinggir lapangan basket yang memang selalu sepi.
“Kau tak tau malu ya!! Sudah aku peringatkan bukan.. Jangan mendekati Jinkiku..!!!” bentak Rin He dan meletakkan kedua tangannya di pinggangnya.
“Mianhae.. aku tak bermaksud begitu ak-“ kata Insa terbata-bata.
“Mianhae???” ejek Eun ri yang merupakan teman Rin He juga.
“Huh?? Tak bermaksud bagaimana?? Aku sendiri yang melihatmu memegang tangan Jinki bukan!!” bentak Rin He lagi.
“Ani, Jinki yang memegang tanganku terlebih dahulu, karena ia ingin mengajakku pul-“ kata Insa mencoba menjelaskan kejadian didepan kelas bersama Jinki tadi.
“Jinki yang memegangmu!!! Kau fikir kau yeoja yang cantik apa!! Hingga Jinki mau memegang tanganmu!!” Bentak So Hi.
“Heh.. karena kau sudah sembarangan menyentuh tangan Jinki ku, rasakan Ini!!” seringai Rin He muncul dan dengan kerasnya menginjak tangan Insa dengan kuat.
“Jebal Rin He.. hentikan.. saa..Kiiit..” Insa kini mulai meneteskan air matanya dan memegangi kaki Rin He yang menginjak tangan kanannya.
“AaaW!!!” teriak Rin He saat bola basket yang melambung tinggi tepat mengenai belakang kepalanya.
“Uuups.. maaf Rin He noona.. aku tak melihatmu” kata Minho yang tiba-tiba datang mengambil bola basketnya dan tersenyum riang.
“Aah.. Gwaencana Minho.. lain kali hati-hati ya..” kata Rin He dengan lembut, sangat berbeda saat ia membentak Insa.
“Apa yang Noona lakukan?? Bukankah Jinki Hyung sudah menunggumu di tempat biasa??” bohong Minho dan berpura-pura heran, karena dia tak ingin Rin He semakin gencar menyiksa Insa.
“Jinja..?? dia tidak mengatakan apapun padaku tadi” Rin He terlihat heran
“Tadi saat Jinki Hyung aku ajak main basket, katanya dia ada janji denganmu di tempat biasa.. makanya aku hanya main basket sendirian saja.”
“Oh.. ne, aku kesana, Annyeong hi Minho, dan Gomawo atas informasinmu” kata Rin He manis memeluk Minho sebentar dan pergi bersama So Hi dan Eun ri.
“Gwaencana??” kata Minho pada Insa yang masih terduduk di tempatnya memegangi tangannya yang di injak oleh Rin He tadi.
“Ne, Gwaencana..” Insa mengangguk ragu menahan tangisnya agar tak semakin deras mengalir.
“Ani, kau tidak baik-baik saja..kemari” Minho mengajak Insa menuju keran *apasih bahasa yang lebih enaak!!* yang berada di dekat lapangan basket dan mencuci tangan Insa perlahan agar Insa tak kesakitan. Bagaimana ia bisa tahan?? Bagaimana ia bisa bilang baik-baik saja saat tangannya sudah mengeluarkan darah seperti ini??, Minho meringis sedih melihat darah yang mengalir bersama air yang diguyurkan ke tangan Insa.
“Tunggu disini sebentar” kata Minho dan berlari menuju tengah lapangan mengambil tasnya.
“Kau seharusnya melawan tadi..” kata Minho lagi yang kini sedang berkutat dengan handsaplas t yang akan ia tempelkan ke tangan Insa.
“Aku tak bisa.” Jawab Insa lirih masih menahan tangisnya dengan menundukkan kepalanya tanpa mau melihat sedetikpun kewajah Minho.
“Huh.. Selesai.” Kata Minho meletakkan perlahan tangan Insa dan meraih wajah Insa untuk menatap ke wajahnya.
“Kau bukannya tak bisa, tapi tak mau. Dan lagi.. saat kau ingin menangis.. menangis saja, jangan kau tahan seperti ini.” Kata Minho pelan.
“Aku tak mau menangis,” tegas Insa
“Baiklah.. untuk kali ini ku biarkan kau seperti ini.” Kata Minho beranjak meninggalkan Insa.
“Minho.. “ panggil Insa yang melihat Minho baru berjalan beberapa langkah. “Gomawo” kata Insa tersenyum tulus. Minhopun hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman.
__________________________
“Insa, bisa tolong bawakan bola basket ini ke gudang olah raga?? Aku di panggil kepala sekolah,” pinta Minho saat pelajaran olah raga kelas Insa telah usai.
“Ne..” kata Insa singkat dan meraih bola yang di sodorkan oleh Minho.
“Ya!! Memang kau melakukan apa lagi hingga kau di panggil kepala sekolah huh??” kata Key, teman sekelas Insa mengejek Minho. Hingga semua teman-teman tertawa.
“Aiigoo~ awas kau ya!!” kata Minho pura-pura marah dan mengejar beberapa teman-teman.
“Minho memang selalu riang dan banyak teman ya.. tak heran dia salah satu namja populer selain Jinki Oppa disini.” Celetuk salah satu yeoja yang sedang melihat Minho bercanda bersama teman-teman.
“Yah... pasti enak menjadi dirinya” bisik Insa pada dirinya sendiri, ia sadar itu semua. Ia adalah yeoja yang bisa dibilang menjauhkan diri dari teman-temannya, bukan di sengaja tentunya, semua ini memang sifatnya yang tak bisa cepat beradaptasi dengan teman-temannya, dan salah satunya karena Jinki. Namja populer nomor 1 di Seoul High School ini.
“Huh?? Kenapa Pintu gudang tak dikunci??” Insa keheranan saat ia sudah berada didepan pintu gudang. Mungkin Minho lupa menguncinya, siapa yang tau kan??. Insa membuka Pintu perlahan dengan susah payah karena saat ini ia membawa 2 bola basket di tangannya. Baru selangkah Insa mulai masuk ke gudang tapi ada beberapa tangan yang mendorongnya masuk dan menutup rapat-rapat pintu gudang.
“Ya!! Buka pintunya!!! Nuguseyeo??” teriak Insa mengetuk-ngetuk pintu gudang beberapa kali.
“Huh.. karena kemarin aku belum puas menghajarmu, jadi untuk kelanjutannya.. kau aku kunci digudang sampai ada yang membukakan pintu!! Hahaha..” suara Rin He dapat Insa dengar dengan jelas.
“Rin He.. jebal.. buka pintunya..” Insa kembali meronta-ronta tidak karuan tapi untuk yang kedua kalinya ia merengek kini tak ada jawaban apapun yang terdengar. Apa Rin He sudah pergi?? Batin Insa.
__________________________
“Siapapun!!! Tolong buka pintu ini!! Ada orang didalam..!!!” teriak Insa berkali-kali, sudah berjam-jam ia terkurung disini. Dan terus berteriak-teriak hingga rasanya suara yang ia miliki hampir habis sepenuhnya.
“Jebal..!! buka pintunya!!” suara Insa terdengar parau kali ini.
“Minho!!! Kau benar, aku tak baik-baik saja.. kau benar, aku harus melawan mereka, kau benar Minho!! Jadi tolong.. bukakan pintu ini.. aku takut!!” Insa tak tau mengapa,mengapa ia berfikiran kalau Minho pasti akan menolongnya, padahal Minho baru 2 kali menolongnya. Dan yang membuatnya bingung sendiri adalah mengapa ia membenarkan setiap kata yang Minho ucapkan. Apakah selama berjam-jam terkurung disini membuatnya berfikiran jernih??
“Insa!! Kau ada didalam??” suara Minho terdengar cemas dari balik pintu gudang.
“Minho!! Jebal.. keluarkan aku dari sini... aku takut!!” setiap kata-kata yang Insa keluarkan selalu disertai isakan.
“Ne, menjauhlah dari pintu.. aku akan menghancurkan pintunya” perintah Minho. Insa pun hanya menurutinya, menjauh dari pintu gudang.
“BraAAaaAAak!!!!” suara pintu gudang yang dihancurkan terdengar sangat keras.
“Gwaencanayo??” kata Minho menatap ke mata Insa yang merah dan sembab akibat kebanyakan menangis saat didalam gudang tadi.
“Ani” kata Insa menggeleng-gelengkan kepalanya persisi seperti anak kecil.
“Aigoo~” Minho menyunggingkan senyumnya yang penuh kegembiraan dan menarik Insa masuk kedalam pelukkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar