Sabtu, 17 Desember 2011

Pelajaran Berharga


                Kukayuh lebih kencang sepeda yang sedang kunaiki ini supaya cepat sampai kerumahku. Bagaimana bisa, saat matahari tepat berada diatas kepala seperti ini, ibu menyuruhku untuk membelikannya beras, padahal tadi aku sedang asyik menonton tayangan televisi yang hanya hadir tiap minggu. Walau dengan malas akhirnya aku terpaksa menuruti kemauannya karena ibu ingin cepat memasak nasi untuk kami sekeluarga makan siang. Aku terus saja menggerutu dalam hati saat tiba-tiba sepeda yang sudah berada dalam kecepatan tinggi sedikit oleng akibat batu-batuan dijalan setapak ini yang memang tidak beraturan.
                BraaAaak!!!!
                Aku terjatuh menjauh dari sepedaku. “Aiiish!!! Sial!!!” runtukku melihat lutut kananku sudah mulai mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Perlahan aku mulai berdiri dan menyeimbangkan badanku agar berdiri tegak. Kuedarkan pandanganku melihat sepeda yang sudah tergeletak mengenaskan dan sebuah plastik hitam yang kini sudah memuntahkan setengah dari isinya semula.
                “Astaga!!! Kenapa ibu harus menyuruhku membeli beras sih?? Aku tak lapar!!! jadi kenapa aku harus membeli beras sekarang!!” teriakku kesal. Sambil menggerutu dan meruntuki apa yang baru saja terjadi, ku ambil tas plastik yang isinya tinggal setengah dan meletakkannya kembali pada keranjang sepedaku. Kutuntun sepedaku perlahan meninggalkan sisa beras yang terjatuh tadi ditengah jalan.
                “Permisi nona.” Suara halus laki-laki tua menyapaku. Kupandang laki-laki tua lusuh itu, gurat wajahnya sudah nampak sekali lelah dengan tas dari gulungan kain yang dibawa tangan kirinya, celananya panjang selutut memperlihatkan betapa kurus kakinya.
                “Ada apa pak?” tanyaku halus, mencoba sesopan mungkin dan menyembunyikan emosi yang baru saja meledak-ledak.
                “Apa nona tidak membutuhkan itu?” tanyanya, kemudian menunjuk beras yang kujatuhkan tadi.
                “Kurasa tidak, aku masih punya setengahnya.” Kataku tersenyum menunjuk bungkusan plastik beras.
                “Kalau begitu, apa saya bisa membawanya pulang?” tanyanya lagi sambil memandang beras yang tumpah.
                Hatiku mencelos dan tentu saja terkejut dengan kata-kata terakhir dari laki-laki tua itu, bagaimana bisa dia meminta izin padaku untuk memiliki barang yang sudah kubuang. Kuanggukan kepalaku  sedikit ragu apakah perbuatanku ini benar.
                “Makasih nona, semoga Allah melimpahkan rezeki nona” katanya, dapat kulihat rona wajah kelelahan darinya sudah pudar, ia berjalan perlahan mendekat kearah beras yang tumpah dan mengambilnya dengan tangan yang gemetar. “Alhamdulillah ya Allah” katanya lirih.
                Hatiku sakit dan kasihan melihat laki-laki tua itu senang dengan apa yang dia dapat, padahal itu hanya sekedar beras yang tumpah. Bahkan ia mengucap syukur kepada Allah SWT. Kuhampiri laki-laki tua itu dengan cepat.
                “Maaf. Bapak bisa mengambil ini” kataku menyodorkan tas plastikku yang berisi beras. Dengan raut wajah heran ia menatapku penuh arti. “Ambil saja pak, kurasa bapak lebih membutuhkannya. Dan ini juga”  kuyakinkan laki-laki tua itu untuk menerima beras dan beberapa lebar uang dari saku bajuku.
                “Makasih nona. Saya sungguh berterima kasih kepada nona, Ya Allah... Alhamdulillah” kata syukur tak lepas dari mulutnya
­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­______________________
                "Asslamualaikum" kataku membuka pintu rumah.
                “Lho??? Berasnya mana?” tanya ibu yang heran melihatku pulang dengan tangan kosong.
                “Akan kubelikan lagi. Maaf ya bu.. aku tadi sudah marah-marah saat ibu menyuruhku membeli beras” sesalku menatap ibu yang masih nampak kebingungan.
                “Iya, ibu maafkan.. tapi, apa yang sebenarnya terjadi?? Dan kemana berasnya? Kau tak mungkin memakannya ditengah jalankan?”
                “Ibu bercanda! Tentu saja tidak. Inti ceritanya, aku memberikan beras itu kepada orang yang lebih membutuhkan. Aku pergi dulu membeli beras. Asslamualaikum” kataku riang mengambil uang dan pergi dengan cepat untuk membeli beras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PengunjungKu