Ahaha.... kali ini aku mau ngepost fanfic yang aku buat sendiri nih.. yupz.. judulnya Mr.Ice.. bagi yang suka ngebaca fanfiction nya SHINee pasti udah ada yang pernah baca nih fanfic.. (author pe de amat) karena fanficQ ini udah pernah di publish di salah satu blog Fanfiction..
ya sudahlah.. Happy Reading... ^_^
Author: Alifah Diantebes Aindra a.k.a Song Ha Neul
Main Cast: Choi Minho(SHINee) dan Song Ha Neul
Support Cast : Key(SHINee), choi Se Hwa, lee seosangnim, lee Jinki(SHINee)
Length : twoshoot
Genre : romance
Rating: PG-13
Ha Neul POV
Di sini lah aku sekarang, berada di laboraturium Fisika. Lee seosangnim mengajakku kesini untuk ikut bimbingan fisika demi persiapan olympiade Fisika 1 bulan lagi. Walau aku memang pintar dalam Fisika, tapi jujur saja aku malas mengikuti lomba-lomba seperti ini, terkadang itu semua membuat beban bagiku.
“Annyeong.. apa semuanya sudah berkumpul disini?” Tanya lee seosangnim memulai bimbingan.
“Hmm.. kurasa kurang satu orang, kalau nggak salah dia kelas dari kelas 1-4.” Sahut seorang namja yang sudah kutahu bernama Kim Jonghyun, kakak senior kelas 2 yang bisaa di panggil Jonghyun.
“Ooh.. gamsahamnida Jonghyun, baiklah.. sebaiknya kita mulai saja. Karena nampaknya sore ini akan turun hujan. Ha Neul, karena kau masih kelas 1. Tak apakah jika aku mengajar materi kelas 2? Karena materi yang di ujikan banyak dari 2.” Tanya lee seongsangnim membuyarkan lamunanku.
“Ne seosangnim.. gwaencana, aku sudah sedikit belajar materi kelas 2.” Jawabku
Tok..tok.. “Mianhae, saya terlambat” kata seorang namja yang menerobos masuk lab. Ini tergesa-gesa.
“Ne.. kau ikut dalam bimbingan ini?” Tanya lee seosangnim.
“Ne.. saya Choi Minho dari kelas 1-4.” Jawab namja itu tersengal-sengal seperti habis lari beberapa kilometer.
“Ooh.. ya sudah silahkan duduk”
Jadi dia namja yang di bicarakan oppa Jonghyun tadi toh. Kelas 1-4?? Pantas saja aku tak pernah melihatnya, akukan kelas 1-2 yang ruang kelasnya terpisah jauh dengan kelas 1-4. Wajahnya tampan, putih dan tinggi. Tanpa sadar mataku mengikuti sosoknya hingga ia duduk tepat di belakangku.
Bimbingan Fisika sudah berlalu 1 Jam lalu, tapi aku masih tetap berada di sekolah gara-gara hujan beserta petir yang menyambar-nyambar liar ini menghambatku untuk pulang. Kulirik jam putih di tanganku, Jam 5 sore. Kurapatkan jaket yang menyelubungi tubuhku. Dingin sekali sih!! Batinku. Kurasakan ada seperti cairan yang mengalir dari hidungku.
“Apa ingus ya??” kiraku, ku seka cairan itu..
“OMO!! Darah!! Pasti ini gara-gara aku kedinginan!!” teriakku melihat jari tanganku merah, aku memang sungguh tak kuat cuaca dingin. Apabila cuaca sudah terlalu dingin bagi tubuhku, Hidungku langsung mengeluarkan darah. Ku cari tisu atau sapu tangan di kantong jaketku, tapi Nol.. tak ada apapun disana.
“Pakai ini!!” kata seseorang. Kuraih sapu tangan itu tanpa melihat seseorang yang memberiku tadi, ku usapkan pada hidungku.
“Gam.. ah.. Minho. Gomawo” ucapku setengah kaget melihat Minho berdiri mengenakan jaket biru dengan corak putih.
“Kau belum pulang?? Kukira semuanya sudah pulang” tanyaku padanya
“Aku pulang dulu” jawabnya singkat berlalu dari tempatku. Akupun hanya bisa melihat punggungnya yang terlihat sangat gagah. Deg!! Kurasakan jantungku mulai berdetak sangat cepat. Ada apa sih ini?? Batinku bertanya-tanya.
__________________________
“Aku Jatuh cinta!! Aku bertemu dengannya kemarin di perpustakaan dan hari ini!! Aku bertemu dengannya di perpustakaan lagi!! Haaah.. ini rasanya sudah di takdirkan deh..” cerocos Key, teman baikku dan sekaligus tetangga samping rumah saat istirahat sekolah.
“Geulaeseo??” Tanya ku malas
“Jadi…?? Apakah tak ada respon yang lebih bagus??” Key cemberut dengan memajukan bibirnya beberapa cm ke depan.
“Huuuftft.. memang siapa namanya?? Dia kelas berapa?”
“Molla” jawab Key memelas seperti ada awan hitam di atas kepalanya.
“AAAiiish.. masak kau tak tau?? Memang ciri-cirinya seperti apa sampai kau suka dengannya??” tanyaku tak sabar.
“Ha..!!! rambutnya panjang lurus, tak seperti kau yang berambut pendek. kulitnya putih dan dia bisaa mengenakan bando berwarna biru, tak seperti kau yang suka rambutmu di kuncir kuda, kau tau siapa dia?” Key bersemangat.
“Oooh.. dia choi Se Hwa, dulu dia satu kamar denganku saat ada olimpyade Fisika” jawabku yang tak asing dengan ciri-ciri tersebut. Memang kuakui Se Hwa sangat cantik dan suka memakai bando berwarna biru, katanya.. warna biru sangatlah unik.
“Sungguh?? Kau bisa kenalkan aku padanya?? Jebal!!!” rengak Key merapatkan kedua telapak tangannya ke arahku.
“Ne.. besok aku kenalkan kau padanya, tapi aku tak janji!! Oh ya Key, aku mau tanya, kenapa jantungku kemarin berdebar-debar kencang ya.. Tapi.. hanya pada saat tertentu” tanyaku teringat kejadian mimisan dan Minho datang menolong kemarin.
“Haaa?? Kau sedang jatuh cinta ya?? “ kata Key menaikkan alis kirinya lebih tinggi daripada alis kanannya.
“Masak?? Kau ini ada-ada saja!!” akupun tertawa garing.
“Memang kapan debaran itu terjadi??” selidik Key
“Aaat.. aku bertemu Minho.”
“Yup.. sudah kupastikan kau menyukai si Minho itu!!”
Masak aku jatuh cinta?? Apa ini akan jadi cinta pertamaku?? Batinku.
__________________________
“Se Hwa.. kenalkan, ini kim kibum teman yang dulu pernah ku ceritakan padamu” jelasku pada Se Hwa saat aku, Key dan Se Hwa bertemu di kantin sekolah.
“Kim Kibum imnida, kau bisa memanggilku Key saja. “ kata Key cengengesan mengulurkan tangan kanannya kea rah Se Hwa.
“ Choi Se Hwa Imnida, panggil saja Se Hwa. Jadi ini temanmu yang baru berhenti ngompol saat kelas 6 sd??” Tanya Se Hwa
“Haa..??” Key dan aku bersamaan kaget. Karena aku sungguh tak merasa memberi tahu hal itu pada Se Hwa.
“Aku hanya bercanda!! Nggak usah serius gitu dong!!” Se Hwa tersenyum bangga karena dapat mengerjaiku dan Key.
“Ah kau ini, mengagetkan saja!!” Key tertawa
“Haaahahaha.. ia nih.. Key kan baru berhenti ngompol kelas 4 sd!! Hahaha!!” tawaku pecah. Aku memang yeoja yang tak segan-segan menahan tawa.
“Kelas 4 sd??” Tanya Se Hwa
“Uuups.. mianhae Key, aku blak-blakan” saat itu pun Key melihatku dengan mata tajamnya yang seolah berbicara. ‘Kubunuh kau!!’. Inilah kebisaaan burukku.. selalu saja blak-blakan.
“Kau tinggal dimana Se Hwa?? “Tanya Key yang berusaha mengalihkan topic.
“Di perumahan Gongsang.. aku tinggal bersama shamcon dan Shungmoku karena ayah dan ibuku pindah ke Jepang.”
“Ooo.. kapan-kapan kita boleh mampir kesana??” tanyaku
“Jelas saja boleh!!” jawab Se Hwa riang.
Ku biarkan Key dan Se Hwa mengobrol tapi kadang-kadang aku menyahut pula dengan perbincangan mereka. Mereka Nampak akrab sekali. Key memang orang yang mudah akrab. Ku pandangi sekitarku, banyak siswa-siswa yang berdesakan membeli sesuatu dikantin. Aku langsung tercekat saat melihat seorang siswa dengan headset ditelinganya, ia memakai topi warna hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Walau begitu aku tau siapa dia, dia Choi Minho. Deg.. sebentar saja aku melihatnya jantungku langsung berdebar-debar, tanganku sungguh gemetar tak karuan. Aku teringat sapu tangan biru bercorak garis hitam milik Minho.
“Sebentar ya.. aku mau membeli sesuatu” kataku kepada Key dan Se Hwa, tak peduli apa jawaban mereka karena aku bermaksud mengejar Minho yang berjalan menjauh dari kantin untuk mengembalikan sapu tangannya.
“Yaa… Minho!!” panggilku saat berada tidak jauh dibelakangnya. Diapun berhenti tanpa melihat padaku. kuhampiri dia.
“Ini.. aku kembalikan sapu tanganmu.. maaf merepotkan, dan gomawo buat itu.” Kataku padanya
“Ne” jawabnya singkat kemudian melanjutkan jalannya.
Dingin sekali tanggapannya, seperti es, tapi.. walau begitu.. Aku tetap suka!!!! Jeritku dalam hati. Tunggu-tunggu!! Apa?? Suka?? Memang aku suka ya..?? batinku heran.
__________________________
Hari ini hujan lagi, tepat setelah bimbingan fisika selesai. Terpaksa aku menunggu hujan reda di depan sekolah. Sekarang sudah jam 5 lewat. Aku berharap aku tak kemalaman pulang hari ini, karena akhir-akhir ini di sekitar rumahku sering terjadi pencopetan.
“Meeeooow..meeow..” aku terkaget dari lamunanku, ku cari sumber suara kucing tersebut dan ternyata ada 2 kucing lucu sekali, 1 berwarna hitam pekat dan yang 1 berwarna coklat tepat di samping tempat dudukku. Kedua keucing itu mengelus-ngeluskan kepalanya ke kakiku.
“Kau lapar ya..!! tunggu sebentar, ku rasa bekalku tadi masih tersisa.” Kubuka tasku dan kuambil kotak nasi yang isinya tinggal setengah.
“Ini.. makan saja..” kataku kepada kucing itu. Ku elus-elus kepala kucing itu “Ibumu mana??”tanyaku polos.
“Meow..”
“Hmm.. kalau ibumu pergi. Berarti kau sama sepertiku, ibuku sudah pergi jauh.. tapi aku bahagia.. karena ia sudah berada di surga.. pasti disana ibukupun bahagia.”
“Ho.. sudah habis?? Kalian masih lapar ya..?? sayang aku tak punya makanan lagi..”.
“Biarkan mereka memakan sisa bekalku” kata Minho mengagetkanku menyodorkan kotak nasinya kepadaku. Kuterima kotak itu dan kuletakkan didekat kucing.
“Kau belum pulang lagi?? Apa yang kau kerjakan sih??”tanyaku padanya. Ku tunggu ia menjawab tapi ia tak kunjung menjawab.
“Eh.. kalau kau buru-buru.. tinggalkan saja kotak nasimu, besok akan ku berikan padamu kok.. yagsog!!” kataku meyakinkan dengan membentuk huruf V di tangan kananku.
“Tak usah.”
“Jadi kau mau menunggunya??” tanyaku
“Ne”.
“Singkat, padat dan jelas” aku tersenyum ke arahnya. Mata kamipun bertemu. Deg.. tuh kan berdebar lagi!! tapi matanya sungguh indah Batinku.
“Ngapain cengengesan??” tanyanya.
“Ha..?? aku cengengesan ya.. OMO!!!! Akhirnya kau bertanya!!!” sorakku riang yang menyadari ini kali pertamanya ia bertanya. Kulirik Minho. Ekspresinya tetap datar. Tak bisakah dia menunjukkan ekspresi lainnya??
“OMO!!! Jam 6!! Aduuh.. aku bisa dimarahin appa nih.. Minho, aku pulang duluan ya.. annyeong!!” kataku tergesa-gesa meninggalkan Minho walau sebenarnya kau enggan meninggalkannya.
Aku sudah tiba di gang yang menuju rumahku, aku sedikit takut kalau malam-malam berjalan disini, karena banyak sekali pencopet. Semoga tak ada copet!! Do’aku. Baru saja berdo’a, tiba-tiba 2 orang dewasa berjalan ke arahku. Aku panic tak karuan. Badanku bergetar.
“Ya.. apa yang kau lakukan di sini?” Tanya namja yang memakai kalung corak rantai.
“Aku..aku.. hanya lewat, rumahku terletak setelah gang ini” jelasku tak kuasa menahan ketakutan.
“Hmm.. kau yeoja yang cantik, kau mau ikut bersamaku?” Tanya namja satunya yang memakai topi.
“Haha.. gomawo,!! Kau sudah memujiku..” jawabku yang tanpa sadar di sertai tawa yang dipaksakan olehku.
“Kajja..!! ikut bersamaku..” namja berkalung corak rantai meraih tanganku.
“Ani.. aku harus pulang” pintaku
“Sudahlah.. ikut saja bersamaku!!” suara namja bertopi itu sukses membuatku makin ketakutan.
Aku mencoba memberontak untuk kabur, tapi gagal karena keduanya sangatlah kuat. Mereka mendorongku ke dinding gang, akupun jatuh terduduk. Kulihat namja bertopi itu berusaha meraih bajuku, tapi aku cepat-cepat melindunginya dengan kedua tangan yang membentuk huruf X.
SReeek.. suara bajuku sobek tepat di bagian lengan kananku.. aku tak kuasa menahannya aku menangis minta tolong, ku pejamkan mataku karena aku terlalu takut. Apa yang ku takutkan akan terjadi?? Batinku.
“BUUUk..BuuUUUk..BUUUk.. “ suara pekul-pukulan terdengar kencang. Aku ingin melihatnya, tapi aku telalu takut untuk membuka mataku.
Ha Neul POV END
Minho POV
Aku bermaksud mengembalikan kotak makanan yang tertinggal saat ia tergesa-gesa pulang, jadi kuikuti saja ia. Entah kenapa aku selalu saja tak sanggup menatap wajahnya lama-lama. Baru saja aku ingin memanggilnya, tapi aku melihatnya di dekati oleh 2 namja. Ku biarkan Ha Neul, barangkali mereka kenalannya. Tapi aku kaget saat mereka mulai mendorong Ha Neul, di sertai tangisan yang di keluarkan Ha Neul, aku berlari ke arahnya. Ku pukuli kedua orang itu, untung saja aku pernah ikut beladiri. Kedua laki-laki itu langsung kabur setelah lama kupukuli.
Kuhampiri Ha Neul yang masih duduk dan memegang tubuhnya erat.
“Gwaencanayo??” kataku untuk memastikan keadaannya baik-baik. Tapi ia tak kunjung merileks. Mungkin ia masih takut. Batinku. “tak apa Ha Neul.. mereka sudah pergi.”
“Mii… Minho??” katanya menatap lekat diriku. Ssekarang aku bisa melihat jelas wajahnya, wajah yang di hiasi dengan air-air yang keluar dari matanya.
“Gwaencanayo??” tanyaku lagi, akupun mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.
“Kau terlihat pucat.” Kataku jujur. Wajahnya sungguh terlihat pucat. Tiba-tiba ia memelukku erat, sangat erat.
“A..aku takut,” katanya dengan di iringi tangisan yang semakin menjadi di pundakku.
“Sudah lah..” kataku berusaha menenangkannya, ku elus-elus rambut pendeknya yang sedikit berantakan. Kurasakan tangannya mulai mengendurkan pelukannya. Mungkin ia sudah tenang batinku. Tapi salah ia pingsan!!
“Ha Neul??” kataku kaget. Ku gendong ia menuju ujung gang, untung saja ada orang lewat disana, aku bertanya rumah Song Ha Neul, dan ia menunjukkannya.
Sesampainya disana, aku bertemu dengan appanya, ku jelaskan semua yang terjadi pada Ha Neul, dan appa Ha Neulpun percaya.
Minho POV END
_______________________
Ha Neul POV
“Key.. antarkan aku ke kelas 1-4!! Aku harus berterima kasih ke Minho.” Kataku setelah jam istirahat mulai.
“Mwo?? Kau saja lah yang kesana… aku ingin ke kantin, siapa tau bertemu dengan Se Hwa!! Annyeong!!” kata Key yang kemudian berlari dengan sekuat tenaga menjauhiku. Dasar Key!! Batinku
Akupun terpaksa berjalan sendirian menuju kelas 1-4. Sudah sampai aku disana, baru saja mau membuka pintu kelas 1-4 tapi pintu itu sudah di buka oleh namja yang berlawanan arah denganku.
“Yaa!! Kau mengagetkanku, nugusaeyo? Mau cari siapa?” Tanya namja itu.
“Hm… Song Ha Neul imnida. Choi Minho ada??”
“MINHO!!! Ada yang mencarimu” teriaknya. “Lee Jinki imnida..” dia tersenyum.
“ Ada apa?” kata Minho yang sudah berada tepat di bibir pintu.
“Bisa bicara sebentar??” tanyaku kemudian melirik Jinki dan kembali menatap Minho.
“Kau mau berdiri disini terus dengan senyummu itu? Atau aku harus mengikuti yeoja ini?”Tanya Minho pada Jinki, yang diikuti kecemberutan Jinki, kemudian Jinki pun pergi mengalah.
“Kau keliatan akrab dengannya.”kataku masih berada di depan pintu.
“Tak usah basa-basi” katany pedas
“Huuuftft.. Choi Minho..!! Gomawo, tapi.. bagaimana kau bisa membawaku pulang ke rumah” akupun membungkuk padanya.
“Ne.. cheonmaneyo. Sekarang aku bisa pergikan?”
“Haa??” tanyaku heran. Masak begitu saja?? Aku kan penasaran!! Batinku. “Ne” jawabku pasrah.
_______________________
“OOOoo!!! Jadi kau di selamatkan oleh Minho!!! Waaah..waaah.. benih-benih cinta makin tumbuh nih..” sorak-sorai Key di kantin setelah ku ceritakan apa yang terjadi tadi malam.
“Hhuuuussst.. bisa tidak sih.. kau pelankan suaramu!! Aku tak mau ada yang dengar bahwa aku suka Minho!!” kataku dengan menjewer kuping Key, Keypun menurut dan memasang wajah anehnya.
“Kau suka sama siapa??” Tanya Se Hwa yang baru saja dating dari membeli minuman mengagetkan ku dan Key.
“Oooh.. ini.. Ha neul lagi suka sama Mi. hmPP” belum sempat Key menyelesaikan kan kalimatnya, mulutnya sudah kudekap sekuat tenaga.
“Diam kau!!” bisikku menyunggingkan senyuman iblis dari wajahku ke arah Key.
“Mi.. ??? mi siapa?” Tanya Se Hwa penasaran
“Mi.. Mr. Ice!!” jawabku ngasal. Mengingat sikap dingin Minho yang selalu ia nampakkan.
“Mr.ice..?? sungguh itu namanya??”
“Hhmm.. ani, aku malu mengatakannya padamu.. bisakah kita anggap saja ia Mr.ice??” pintaku
“Ne,.. Aratseo, kau jadi ke rumahku nanti sore?? katanya kau mau pinjam komik-komikku.”
“Ah.. Ne, aku akan kesana sekitar jam 3 sorean. Bisakan??” Tanya ku
“Terserah kau saja, kapanpun aku bisa” Se Hwa tersenyum
“Aaaah.. tapi aku tak bisa datang karena aku harus menjemur pakaian di rumah!!” kata Key tiba-tiba yang keliatan sangat kecewa.
“Yaaa!! Memang siapa yang mengajakmu!! Dasar Key Umma!!” aku memukul kepala Key dengan sendok yang ku pegang. Se Hwa pun terkekeh melihat tingkah kami berdua.
_______________________
Ku amati tanda pengenal rumah-rumah di perumahan Gongsang ini. Perumahan ini termasuk perumahan elit, karena lihat saja rumahnya.. Buju buneng.. besar dan bagus banget. Akhirnya aku tiba juga. Kata Se Hwa rumah yang ia tempati bernomor 94, besar amat!!. Yups.. jelas ini!! Batinku. Ke pencet bel rumahnya. Baru sebentar aku menunggu pintu ini tapi Se Hwa sudah membukakan pintunya.
“Annyeong..” sapaku.
“Annyeong.. ayo masuk Ha Neul.” Se Hwa tersenyum dan melebarkan pintu untuk mempersilahkan aku masuk.
“Sepi sekali.. dimana semuanya??” tanyaku yang melihat tak ada seorangpun disini kecuali aku dan Se Hwa.
“Oooh.. shamcon dan shungmoku lagi pergi. Lalu Sachonku lagi tidur dikamarnya.” Jelas Se Hwa. Akupun hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Ha Neul.. aku buatkan minuman dulu ya.. kau ke kamarku saja.. dari sini kau belok ke kiri nanti ada tangga kau naik saja, dari situ kau langsung belok kanan. Nanti ada balkon terbuka kau langsung belok kekiri, kamar paling ujung itu kamarku. Ara??” katanya.
“Ne, ara…” jawabku mengerti, walau sebenarnya sedikit bingung, ini rumah apa kantor ya..
Akupun berjalan perlahan sesuai arah yang Se Hwa kata kan, tapi setelah aku sampai di kamar paling unjung, tapi ada dua pintu disini, dan tak ada tanda pengenal. Jadi kuputuskan untuk membuka pintu di sebelah kananku. Ku dapati kamar yang bernuansa biru tua di padukan langit. Pasti ini kamar Se Hwa!! Dia kan suka biru!! Batinku.
Ku letakkan tas kecilku di meja kecil di samping lemari buku yang terletak tepat di samping tempat tidur yang tersirat semburan cahaya matahari. Ku lihat-lihat koleksi bukunya.
“Tak ada komik??” kataku heran melihat tak ada satupun komik di lemari buku ini. Kemudian kurasakan ada yang bergerak dari tempat tidur itu. Ku lihat kasur tertutupi selimut yang menggunduk seperti ada orang disana. Orang itu mulai bergerak membuka selimut yang menutupi sekujur tubuhnya.
“YAAAA!!! Mengapa kau disini ???” teriaknya, akupun kaget hingga jatuh terduduk di samping tempat tidur itu.
“Mi..Minho??” kataku dengan tampang bloonku. Dia pun berdiri di tempat tidur, badannya tampak bidang tanpa pakaian yang menutupinya, iapun hendak berjalan ke arahku, tapi sebelum ia menuntaskan langkah pertamanya, kakinya terbelit selimut.
“BrrUUUkk.. Praaang… Kedubraaaak… kerumPyAAAng.. kelontang-kelontang.. priIIng… Te.. sate (?)”, akupun reflex menutup mataku.
Rasanya ada yang menimpai badanku!! Daaan… rasanya ada yang menempel di pipiku..batinku. ku buka mata perlahan, dan benar saja, tubuh Minho berada tepat di atasku dan bibirnya.. menempel di pipiku, tepatnya pertengahan antara pipi dan bibir. Minhopun langsung menyadari apa yang terjadi dan melihat ke arahku.
“AAAAaaaarghh…!!!!!!” teriakku sekuat tenaga. ku dorong tubuh Minho menjauh dari tubuhku.
“Kembalikan ciuman pertamaku!!!!” tuntutku. “Braak..” suara pintu terbuka. Aku dan Minho bersamaan melihat kearah pintu.
“Ha Neul?? Sedang apa disini..??” Tanya Se Hwa dengan 2 gelas minuman ditangannya dan 2 toples yang nampaknya berisi camilan.
“Aku fikir ini kamarmu.”
“Ooh.. aku lupa.. kamarku di sebelah kiri, kalau kanan itu kamarnya Minho.. Yaa..!! Minho kenapa kau bengong!! Cepat pakai bajumu. Yuk Ha Neul.” Ajak Se Hwa. Akupun mengikutinya masih dengan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“Se Hwa.. Minho itu sachonmu?? Kenapa kau tak bilang??” kataku membaca komik di kamar Se Hwa yang bernuansa biru juga.. tapi warnanya biru kehijauan.
“Ne, ya.. Ha Neul.. kau tak pernah Tanya sih.. jadi aku diam saja.” Se Hwa terkekeh. Memang sejak kejadianku dan Minho, Se Hwa cengengesan terus tanpa sebab.
“Pantas saja nama depanmu Choi.”
“Naaah.. itu kau tau!!” jawab Se Hwa enteng masih menatap komik yang ia baca.
“Se Hwa… umma meyuruhmu makan malam.” Suara Minho terdengar dari balik pintu.
“Ne” teriak Se Hwa. Aku pun baru sadar kalau sore telah berganti malam hari.
“OMO!!! Sekarang sudah malam?? Waduh.. aku musti cepat pulang nih, kalau tidak pasti akan ada preman yang berkeliaran!!”
“Ah.. Ha Neul, pulangnya nanti saja.. yuk makan dulu”kata Se Hwa menarik tanganku.
Makanan yang dihidangkan memang sangat mewah dan enak, perutku sampai kenyang sekali.
“Ahjussi, ahjumaa.. aku pamit pulang dulu. Gamsahamnida” kataku seusai makan malam berlangsung.
“Kau pulang dengan siapa Ha Neul??” Tanya ummanya Minho.
“Hhmm.. sendiri.. tapi aku bisa jaga diri kok, hehe..” kataku kaku.
“Ani, biar Minho saja yang mengantarmu pulang, bahaya kalau pulang sendirian, bisa-bisa kau seperti yeoja yang di tolong Minho kemarin lagi, hampir di perkosa di gang.. untung saja Minho bisa menolongnya.. walau habis itu.. badan Minho memar-memar sedikit..” jelas appa Minho.
“Hm.. tidak usah ahjussi.. aku bisa sendiri kok.!!” Jadi badan Minho memar-memar gara-gara aku??
“Nggak usah nge bantah deh.. !!” kata Se Hwa senyum-senyum gaje.
“Sudah lah.. biar aku yang mengantarmu pulang. Kaja..” kata Minho yang kemudian berlalu menuju pintu keluar.
“Baiklah.. sekali lagi gamsahamnida, annyeong..” aku tergesa-gesa mengikuti Minho. Ku lihat Minho sudah berada di atas motornya. Ku naiki motor itu, tapi aku tak berani memegang pinggangnya, tidak setelah kejadian sore tadi.
“Pegangan yang erat!” baru saja Minho mengatakannya motor ini sudah melesat cepat. Aku terlalu takut hingga memegang pinggang Minho erat dan menutup mataku.
“Kau mau memegang pinggangku sampai pagi??” Tanya Minho. Kubuka mataku dan tersadar bahwa aku sudah sampai di depan rumah. Aku turun dari motornya perlahan karena lututku masih gemetar karena kecepatan Minho tadi dan udara yang berhasil menerobos masuk tubuhku yang tak terlindungi jaket.
“Go..go…go ma w.woo..” kataku mengigil kedinginan. Pasti sebentar lagi aku mimisan batinku.. tapi tiba-tiba Minho turun dari motornya dan memelukku erat sekali. Hangat.. suhu hangat dari tubuh Minho mengalir ke dalam tubuhku.. Mr.Ice memiliki tubuh se hangat ini?? Batinku.
Deg.. jantungku berdegup kencang, sangat kencang daripada sebelumnya, hingga aku takut Minho dapat mendengarnya. Apa aku sungguh mencintainya..?? atau lebih tepatnya semakin mencintainya??
To Be Continued...
Gimana?? Jelas nggak?? Aduuh.. gomawo ya.. buat yang baca.. aku tunggu komentar, kritik dan saran kalian semua.. gomawo udah baca..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar